Tuesday 20 October 2015

TUKANG JAMU GENDONG ITU...


Menyedihkan melihat berita tentang sekolah/Perguruan Tinggi abal-abal demi meraih prestis semata, berani mengambil jalan pintas  berani mengambil jalan pintas yang penting meraih gelar, ada gelar ketika menulis namanya atau gampang melamar pekerjaan dengan embel-embel gelar, akan lebih dihargai oleh lingkungan apabila bergelar, ah keren pokoknya… begitu mungkin yang ada dalam pikiran mereka
Apakah mereka tidak berpikir yah ? menyandang gelar itu memiliki tanggung jawab moral, baik dengan Sang Maha Mengetahui maupun masyarakat. Bagaimana mungkin bisa mengamalkan ilmunya kalau dia tidak pernah belajar, tidak pernah membaca referensi.
ah..mumet tinggalkan saja masalah itu, malah saya tertarik pada sebuah foto yang diposting di facebook ku, dia sahabat seperjuanganku. Walaupun kita berjarak secara geografis, dia adalah tukang jamu…Yah tukang jamu gendong biasa yang suka keliling setiap pagi-pagi untuk menjajakan dagangannya, hanya sekarang dia bawa jamu jajakannya sudah menggunakan motor seiring dengan meningkatnya penghasilan dari jualan jamu.
Dia sahabatku yang istimewa… Kenapa istimewa ??? ya sangat istimewa dan luar biasa… Mengapa ? Dia lulusan SD juga tidak tamat, dia hanya penjual jamu asongan. Apa istimewanya sahabat, dia sangat antusias dan peduli terhadap masyarakat yang buta huruf atau tidak bisa sekolah karena masalah ekonomi. Berangkat dari keprihatinan dia sejak kecil dan sering bertemu dengan anak-anak atau masyarakat yang senasib karena keterbatasan tidak bisa sekolah… Maka dia menggagas sebuah ide sambil berjualan dia menjajakan buku-buku bacaan.
Buku-buku bacaan tersebut dia peroleh dari santunan pelanggan jamu yang memang secara sengaja dia menjajakan untuk memohon santunan buku-buku yang tidak diperlukan olehnya, sementara yang lain diluar sana banyak yang membutuhkannya.
Mulai dia kumpulkan buku-buku itu sambil dia pinjamkan ke siapa saja yang memerlukan dan lama-lama buku itu terhimpun lumayan banyak sehingga kini  setiap menjajakan jamu tidak hanya ditunggu oleh pelanggan jamunya tapi oleh pelanggan yang luar biasa adalah para pemustaka…
Ironis yah dengan cerita tadi yang punya uang tapi tidak mau belajar, ga mau baca, dengan masyarakat yang punya latar belakang ekonomi yang kurang tapi semangat membaca dan semangat belajarnya luar biasa..
Insya Allah kelak orang-orang yang senang membaca akan mandiri walaupun tidak bisa sekolah…
SEMOGA...

Sunday 18 October 2015

Catatan Hati Sebuah Buku

Ketika teknologi informasi semakin berkembang, ledakan informasi tak terhindarkan menambah sendi-sendi kehidupan masyarakat. Kini informasi apapun dapat dengan mudah didapatkan, apa lagi sekarang dapat dengan mudah pula diperoleh lewat telepon genggam...
Sejak itu banyak yang berpaling dariku, bahkan banyak pula yang secara perlahan meninggalkanku, yang sebelumnya mengenalku terasa semakin menjauh...
Tapi masih ada yang setia terhadapku terutama sahabat-sahabat yang telah dekat dan tahu tentangku....
Ketahuilah aku sebuah buku, tidak akan tersisih oleh jaman dan waktu karena aku bagian dari peradaban manusia, selama proses peradaban manusia masih ada, disitu aku juga masih ada, seiring pengetahuan berkembang disitu aku juga berperan dalam merekam perkembangan yang terjadi, intinya aku merupakan symbol peradaban masyarakat...
Dan aku selalu siap mengantar siapa saja yang ingin mengembangkan pengetahuannya, meningkatkan keterampilannya, aku bisa memberikan informasi kapan saja dan dimana saja karena dengan menyertakan aku, tidak usah repot-repot membaca media lainnya, tidak harus menggunakan listrik untuk membuka aku dan tidak perlu hardware untuk ketemu aku...
Dan yang lebih penting lagi sahabat, aku dapat memberikan informasi yang lebih lengkap...
untuk itu sahabat, jadikan aku sahabatmu dalam mengantar kesuksesanmu....
BAWALAH AKU KEMANA SAJA...